Diriwayatkan,
bahwa dalam perjalanan dikalangan tentara Quraisy telah timbul kekacauan yang
hebat.
Bermula
setelah angkatan perdagangan Quraisy yang dikepalai oleh Abu Sufyan telah dapat
melepaskan diri dari kejaran pasukan kaum Muslimin,
maka ketika sampai di dusun
Juhfah, lalu Abu Sufyan menyuruh seseorang supaya menyusul tentara Quraisy dan
mengkhabarkan kepada kepala tentara Quraisy bahwa Abu Sufyan meminta supaya
tentara Quraisy kembali saja, jangan sampai meneruskan perjalanannya, karena apa
yang dijaganya telahterlepas dari bahaya yang dikhawatirkan. Tetapi permintaan
Abu Sufyan itu ditolak dengan keras dan penuh kesombongan oleh kepala pasukan
Quraisy Abu Jahl bin Hisyam.
Abu
Sufyan setelah menerima khabar penolakan Abu Jahl yang begitu sombong dan
congkak itu, lalu berkata, “Inilah orang yang kelewat
batas.
Orang yang semacam itu tentu akan celaka dan akhirnya akan
jatuh”.
Kemudian
terjadi lagi satu keonaran yang hebat, yaitu : Juhaim
bin Ash-Shalt, seorang dari Bani Abdul Muththalib yang ikut menjadi tentara
Quraisy ketika berada di
Juhfah ,
ia
tertidur. Sewaktu terbangun ia berkata kepada kawannya,
“Saya baru saja mimpi, antara tidur dan jaga tiba-tiba saya melihat seorang
laki-laki yang berkendaraan kuda dan membawa unta, lalu berhenti di muka
saya”.
Juhaim
bin Ash-Shalt lalu berkata, “ ‘Utbah bin
Rabi’ah akan mati terbunuh, begitu juga Syaibah bin Rabi’ah, Abul Hakam bin
Hisyam (Abu Jahl), Umayyah bin Khalaf, Sifulan dan sifulan. Dia menyebutkan satu
persatu tokoh-tokoh Quraisy
yang terbunuh pada perang Badar”.
Juhaim
lalu melanjutkan cerita mimpinya, “Lalu orang tadi memukul unta pada tengkuk
lehernya sehingga mengeluarkan darah yang banyak, dan unta tersebut lalu
dilepaskan.
Maka unta itu lalu berlari ke sana
ke mari di tengah-tengah tentara Quraisy. Darah unta tersebut mengenai
kemah-kemah tentara Quraisy, sehingga tidak ada satu pun kemah tentara Quraisy yang tidak
terkena darah”.
Kawan-kawan
Juhaim yang mendengar perkataan semacam itu lalu menyahut, “Ah, itu omong
kosong.
Semuanya itu dari godaan syaitan saja”.
Kemudian
apa yang dikatakan oleh Juhaim tadi terdengarlah oleh
Abu Jahl, ‘Utbah dan lain-lainnya. Abu Jahl lalu datang
menemui Juhaim seraya berkata, “Hai Juhaim, saya dengar katanya kamu
mendatangkan khabar dusta kepada orang-orang banyak. Kamu akan tahu sendiri nanti, siapa yang akan mati terbunuh. Siapa
yang akan kocar-kacir. Dan nanti mesti kamu akan melihat sendiri, siapa yang terbunuh, saya ataukah
Muhammad”.
Selanjutnya
Abu Jahl berkata kepada orang banyak, “Inilah Nabi dari Bani
Muththalib”.
Demikian perkataan Abu Jahl dengan sombongnya. Maka
ketika itu dari sebab pengaruh Abu Jahl, sebagian besar dari tentara Quraisy
timbul kebencian kepada Juhaim bin Ash-Shalt.
Kemudian
timbul pula kejadian yang lain lagi di tengah
perjalanan tentara Quraisy. Di antara tentara Quraisy pada waktu itu ada
segolongan pasukan yang orang-orangnya terdiri dari kaum Bani Zuhrah yang
dikepalai oleh seorang yang bernama Akhnas bin Syuraiq, banyaknya + 100 orang.
Ketika
itu Akhnas berkata, “Jika kita mengikut kemauan Abu Jahl, kita akan mendapat
kerugian yang banyak.
Sekarang buat apa kita mengikut kemauan orang yang sombong
!”.
Akhnas lalu mengumpulkan kaumnya lebih kurang 100 orang tersebut dan diberitahu,
Akhnas berkata, “Hai Bani Zuhrah ! Sekarang oleh
karena Tuhan telah menyelamatkan harta benda dan pimpinan kita dari kejaran kaum
Muhammad, angkatan perdagangan kita yang dikepalai oleh Abu Sufyan sekarang
telah sampai di Makkah, pada hal kita keluar dari Makkah ini sengaja untuk
menjaga keamanan angkatan perdagangan kita dfan menjaga Makhramah bin Naufal.
Maka sekarang telah selamat semuanya, maka lebih baik kita kembali (pulang)
saja, sebab sudah tidak berguna lagi bagi kita meneruskan perjalanan ini, dan
akan sia-sia jika kita sampai bertempur dengan
Muhammad”.
Akhnas
memang seorang kepala dari Bani Zuhrah, maka sudah barang tentu semua
perkataannya diikuti oleh kaumnya.
Abu Jahl setelah mendengar perkataan Akhnas kepada kaumnya,
lalu marah-marah kepadanya. Abu Jahl berkata kepadanya, “Mengapa kamu
berani berkata kalau kamu sampai bertempur dengan Muhammad, kamu menganggap
sia-sia ?”.
Akhnas
menjawab, “Ya, sudah tentu.
Kita masing-masing keluar dari Makkah ini tidak untuk
bertempur dengan Muhammad dan kaumnya. Tetapi untuk menjaga angkatan
perdagangan kita, maka dari itu apa gunanya kita bertempur dengan Muhammad ?”.
Abu
Jahl berkata, “Sekalipun begitu, apakah kamu tidak mengerti, bahwa Muhammad
itu seorang pendusta besar, penyesat orang banyak dan penipu yang
licin”.
Akhnas
berkata, “Saya mengerti.
Tetapi pengertian saya tidak seperti pengertianmu.
Saya mengerti bahwa Muhammad itu seorang yang
terpercaya. Dia dari sejah kecil telah terkenal dengan nama “Al-Amin” bukan “Al-Khain”.
Kemudian
Abu Jahl dan Akhnas bertengkar mulut, dan makin lama semakin ramai, lalu Akhnas
mengundurkan diri.
Dan akhirnya Akhnas membelakangkan diri dari barisan Quraisy
bersama kaumnya, kemudian terus pulang ke Makkah. Jadi
dalam peperangan di Badr, tidak ada seorang pun dari Bani Zuhrah yang ikut
berperang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar