Diriwayatkan,
bahwa Nabi SAW ketika itu sudah memberikan keterangan kepada para utusan kaum
Nashrani Najran tersebut dengan jelas, baik mengenai kepercayaan mereka yang
sesat itu, maupun mengenai urusan kenabian dan kerasulan beliau. Dan pada
hakikatnya, mereka itu sudah kehabisan alasan untuk menguatkan kepercayaan
mereka, dan untuk menolak beliau SAW sebagai Nabi dan Rasul Allah, tetapi mereka
tetap juga keras kepala mendustakan kebenaran Nabi SAW dan tidak mau menerima
kebenaran yang telah diterangkan oleh beliau.
Mereka itu tetap
mempertahankan kepercayaan mereka, bahwa 'Isa itu putera Tuhan dan Tuhan itu
tiga bertunggal atau tiga Tuhan.
Sehubungan
dengan peristiwa itu, maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW sebagai berikut :
فَمَنْ حَآجَّكَ فِيْهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَآءَكَ مِنَ اْلعِلْمِ فَقُلْ
تَعَالَوْا نَدْعُ اَبْنَآءَنَا وَ اَبْنَآءَكُمْ وَ نِسَآءَنَا وَ نِسَآءَكُمْ وَ
اَنْفُسَنَا وَ اَنْفُسَكُمْ، ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَّعْنَتَ اللهِ عَلَى
اْلكذِبِيْنَ. اِنَّ هذَا لَهُوَ اْلقَصَصُ اْلحَقُّ، وَ مَا مِنْ اِلهٍ اِلاَّ
اللهُ، وَ اِنَّ اللهَ لَهُوَ اْلعَزِيْزُ اْلحَكِيْمُ. فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّ
اللهَ عَلِيْمٌ بِاْلمُفْسِدِيْنَ. ال عمران:61-63
Maka
barangsiapa membantah kamu tentang kisah 'Isa sesudah datang ilmu pengetahuan
kepadamu, maka katakanlah (kepada mereka), "Marilah kita panggil anak-anak kami
dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri
kamu, kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya
laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta". Sesungguhnya ini adalah
kisah yang benar, dan tak ada Tuhan selain Allah, dan sesungguhnya Allah Dialah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kemudian jika ia
berpaling (dari kebenaran), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang
yang berbuat kerusakan.
[QS. Ali Imran 61-63]
Diriwayatkan,
bahwa Nabi SAW dikala itu lalu mengajak kepada ketua dan pemuka mereka, yaitu
Al-'Aaqib dan As-Sayyid.
Beliau bersabda, "Marilah kita bermubahalah saja,
mudah-mudahan laknat Allah dijatuhkan kepada siapa yang berdusta".
Ajakan Nabi SAW yang demikian itu adalah menurut perintah
Allah. [Mubahalah ialah masing-masing pihak yang
berselisih mendoa kepada Allah dengan bersungguh-sungguh agar Allah menjatuhkan
laknat kepada pihak yang berdusta].
Dengan
demikian maka akan dapat diketahui oleh orang banyak,
siapa yang berdusta dan siapa yang benar. Karena jika hanya dengan perdebatan
saja tidak akan ada selesainya dan tidak pula ada
habisnya.
Pada
mulanya mereka bersedia untuk bermubahalah dengan Nabi SAW, tetapi mereka
meminta diberi tempo untuk berunding dulu dengan penasehat
mereka.
Kata mereka kepada Nabi SAW, "Ya Abal Qasim, biarkanlah
kami berfikir lebih dulu tentang urusan kami, kemudian kami nanti akan datang
lagi kepadamu dengan apa yang kami kehendaki, bahwa kami akan mengerjakan apa
yang kamu kehendaki kepada kami". Demikianlah kata
mereka, dan permintaan mereka itu diperkenankan juga oleh Nabi
SAW.
Dan
di lain riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW keluar bersama Ali, Fathimah,
Hasan dan Husein untuk bermubahalah dengan kaum Nashrani Najran sebagaimana yang
telah mereka sanggupi, namun mereka akhirnya enggan, tidak memenuhi janjinya,
dan memilih membayar jizyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar