Menurut
riwayat, bahwa Nabi SAW dan sahabat-sahabatnya sebelum mendapat perintah Allah
supaya mengerjakan puasa bulan Ramadlan, pada masa itu Nabi dan kaum muslimin
telah mengerjakan puasa tiga hari pada tiap-tiap bulan.
Yakni pada tanggal 13, 14 dan 15, dan pada tiap tanggal 10
bulan (Muharram). Kemudian pada bulan Sya'ban tahun kedua hijrah, Allah
menurunkan wahyu kepada Nabi SAW
:
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصّيَامُ كَمَا
كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ. اَيَّامًا
مَّعْدُوْدتٍ، فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيْضًا اَوْ عَلى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مّنْ
اَيَّامٍ اُخَرَ، وَ عَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَه فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍ،
فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَه، وَ اَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ
اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْ اُنْزِلَ فِيْهِ اْلقُرْانُ
هُدًى لّلنَّاسِ وَ بَيّنتٍ مّنَ اْلهُدى وَ اْلفُرْقَانِ، فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ
الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ، وَ مَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مّنْ
اَيَّامٍ اُخَرَ، يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ اْليُسْرَ وَ لاَ يُرِيْدُ بِكُمُ
اْلعُسْرَ، وَلِتُكْمِلُوا اْلعِدَّةَ وَ لِتُكَبّرُوا اللهَ عَلى مَا هَدـكُمْ وَ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ. البقرة:183-185
Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
(183) (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka
barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu berbuka),
maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada
hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi
makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan
kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (184) (beberapa
hari yang ditentukan itu) ialah bulan Ramadlan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan
yang bathil). Karena itu, barangsiapa diantara kamu hadir (di negeri
tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya.
Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu supaya kamu bersyukur. (185). [QS.
Al-Baqarah : 183-185]
Demikianlah,
maka mulai bulan Ramadlan tahun itu juga (2 Hijrah) Nabi SAW bersama para
shahabat melaksanakan shaum Ramadlan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar