Setelah
selesai pertandingan tersebut, lalu Nabi SAW keluar dari ‘arisy untuk mengatur
barisan tentaranya sambil memberi pengarahan tentang cara-caranya orang
melepaskan anak panahnya kepada musuh dan lain
sebagainya.
Dan
diriwayatkan bahwa Nabi SAW ketika mengatur barisan, beliau memukul seorang
shahabat yang bernama Sawad bin Ghaziyah (Anshar) dengan tongkatnya, karena
waktu Nabi SAW mengatur, ia beromong kosong dengan
kawannya sambil dirinya keluar dari barisan yang tengah diatur dengan
sebaik-baiknya. Beliau menegur, “Disiplinlah, hai
Sawad”, beliau sambil memukul perut Sawad dengan tongkat. Lalu Sawad menjawab, “Ya Rasulullah, engkau diutus dengan membawa
kebenaran dan keadilan, maka aku akan membalasmu”. Lalu Rasulullah SAW membuka bajunya dan bersabda, “Silakan
membalas, hai Sawad”. Kemudian Sawad merangkul dan
menciumi perut beliau. Lalu Nabi SAW bertanya, “Apa yang menyebabkan
kamu berlaku demikian ?”. Sawad
menjawab, “Sungguh telah datang apa yang kamu lihat, maka aku menginginkan
supaya akhir hayatku kulitku bisa bertemu dengan kulitmu”. Kemudian Rasulullah SAW mendoakan kebaikan
untuknya.
Setelah
selesai mengatur pasukan, beliau kembali ke ‘arisy bersama Abu Bakar, sedangkan
shahabat Sa’ad bin Mu’adz berjaga di pintu ‘arisy dengan pedang terhunus. Lalu
beliau SAW tidak henti-hentinya berdoa
:
اَللّهُمَّ اَنْشُدُكَ عَهْدَكَ وَ وَعْدَكَ ، اَللّهُمَّ اِنْ شِئْتَ
لَمْ تُعْبَدْ. نور اليقين:107
Ya
Allah, hamba memohon kepada Engkau akan janji dan
perjanjian Engkau. Ya Allah, jika Engkau berkehendak (mengalahkan pada hamba),
Engkau tidak akan disembah.
[Nurul Yaqin 107].
Dan
dalam satu riwayat Nabi SAW menghadap ke qiblat dan berdoa
:
اَللّهُمَّ اَنْجِزْ لِى مَا وَعَدْتَنِى، اَللّهُمَّ اِنْ تُهْلِكْ
هذِهِ اْلعِصَابَةَ مِنْ اَهْلِ اْلاِسْلاَمِ فَلاَ تُعْبَدُ بَعْدُ فِى اْلاَرْضِ
اَبَدًا. نور اليقين: 107
Ya
Allah, sempurnakanlah kepadaku janji-Mu.
Ya Allah, jika Engkau mengalahkan kaum muslimin, maka Engkau tidak akan disembah di bumi ini sesudah itu
selamanya.
[Nurul Yaqin : 107]
Beliau
SAW terus-menerus berdoa kepada Allah sehingga selendangnya jatuh, kemudian Abu
Bakar mengambilnya dan menyelempangkannya kembali sambil berkata, “Cukuplah
ya Rasulullah, pasti Allah akan menyempurnakan
janji-Nya kepadamu”. Kemudian Rasulullah SAW keluar dari
‘arisy dan bersabda sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Qamar ayat
45 :
سَيُهْزَمُ اْلجَمْعُ وَ يُوَلُّوْنَ الدُّبُرَ. القمر:45
Golongan
itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.
Diriwayatkan
pula, bahwa sebelum terjadi pertempuran, Nabi SAW bersabda sambil berisyarat
dengan tangannya, “Itu tempat bangkainya Abu Jahl, itu tempat binasanya si
Fulan, ini tempat tewasnya si Fulan”, dan demikianlah
selanjutnya.
Adapun yang dimaksud dengan si Fulan dan si Fulan tadi ialah dari orang-orang
Quraisy yang akan binasa dalam peperangan
tersebut.
Selanjutnya
Nabi SAW menyampaikan peringatan kepada segenap tentara muslimin, yang arinya,
“Hai manusia, janganlah kamu mencita-citakan hendak bertempur dengan musuh,
dan mohonlah ampunan kepada Allah.
Akan tetapi jika kamu bertemu dengan musuh, hendaklah kamu bertahan (berani
bertempur dengan musuh), dan ketahuilah olehmu, bahwa sesungguhnya surga itu di
bawah naungan pedang”.
Menurut
riwayat, Nabi SAW ketika itu juga berpesan kepada segenap tentaranya :
اِنِّى قَدْ عَرَفْتُ اَنَّ رِجَالاً مِنْ بَنِى هَاشِمٍ وَ غَيْرِهِمْ
قَدْ اُخْرِجُوْا كُرْهًا لاَ حَاجَةَ لَهُمْ بِقِتَالِنَا. فَمَنْ لَقِيَ مِنْكُمْ
اَحَدًا مِنْ بَنِى هَاشِمٍ فَلاَ يَقْتُلْهُ، وَ مَنْ لَقِيَ اَبَا اْلبُخْتُرِيِّ
بْنَ هِشَامٍ فَلاَ يَقْتُلْهُ، وَ مَنْ لَقِيَ اْلعَبَّاسَ بْنَ عَبْدِ
اْلمُطَّلِبِ عَمَّ رَسُوْلِ اللهِ، فَلاَ يَقْتُلْهُ، فَاِنَّهُ اِنَّمَا اُخْرِجَ
مُسْتَكْرَهًا.
Sesungguhnya
saya mengetahui, bahwa beberapa orang lelaki dari Bani Hasyim dan lainnya,
mereka itu dikeluarkan dengan paksaan (untuk berperang), padahal mereka itu
tidak ada kemauan untuk memerangi kita. Oleh sebab itu, maka barangsiapa
diantara kalian bertemu salah seorang dari bani Hasyim, janganlah ia membunuhnya. Barangsiapa bertemu dengan Abul Bukhturiy bin
Hisyam janganlah ia membunuhnya. Dan barangsiapa
bertemu dengan ‘Abbas bin Abdul Muththalib (paman Rasulullah SAW), maka
janganlah ia membunuhnya. Karena sesungguhnya ia dikeluarkan untuk berperang dengan dipaksa.
Waktu
Nabi SAW berpesan demikian itu, shahabat Abu Hudzaifah bin ‘Utbah bertanya,
“Ya Rasulullah, mengapa begitu ? Tidakkah engkau
telah menyuruh kami supaya membunuh ketua-ketua kami, orang-orang tua kami,
anak-anak kami, saudara-saudara kami dan kawan-kawan kami yang masih dalam kemusyrikan ? Mengapa engkau melarang kami membunuh ‘Abbas ? Bukankah ia dari kaum musyrikin juga ? Demi Allah, jika saya bertemu dengan dia, tentu akan
saya potong dengan pedang ini”.
Di
kala itu Nabi SAW tetap berpesan, “Janganlah mereka itu dibunuh, karena
mereka itu keluar dari kota
Makkah mengikuti tentara musyrikin dengan dipaksa”.
Pesan
Nabi SAW yang demikian itu karena beliau mengerti bahwa pada hakekatnya mereka
itu tidak ada kemauan untuk berperang, memerangi kaum
muslimin.
Dan Abul Bukhturiy sekalipun termasuk pemuka Quraisy, tetapi
bukanlah termasuk yang menganiaya Nabi. Bahkan dialah
yang berdiri untuk merobek naskah pemboikotan yang pernah dilakukan segenap
pemuka Quraisy terhadap Nabi dan pengikutnya serta bani Hasyim di Makkah
dulu. Adapun ‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib dikala itu meskipun pada
lahirnya masih mengikut agama berhala, namun nampaknya Nabi SAW menginginkan
bahwa ia nanti akan menjadi muslim. Dan dia pernah menguatkan perjajian rahasia yang pernah dilakukan
Nabi dengan kaum ‘Aus dan Khajraj yang terkenal dengan baiatul ‘Aqabah.
Demikianlah sebabnya Nabi SAW melarang mereka itu dibunuh
mengingat jasa-jasa mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar